lawakan lucu

lawakan lucu

Lawakan Lucu Part V

Lawakan Lucu Part V
Semangat Nasionalisme Indonesia dlawak
Selamat Bulan Agustus teman dimana pada bulan ini yakni bulan yg spesial bagi rakyat indonesia kali ini saya akan membagikkan cerita tentang 17 agustus atau yang menyangkut 17 Agustus gapake lama lagi gan berikut cerita lucu nya yang pasti membuat kamu ngakak.......

Bukan Saya!

Riring, seorang murid SD, mengantuk ketika ibu guru menjelaskan pelajaran sejarah kemerdekaan RI. Ibu guru mendekat ke mejanya, lalu bertanya, “Riring, siapa yang membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan RI?

Dengan malu-malu, Riring menjawab, “Bukan saya, Bu Guru.”1

Kenalan

Bu Guru: “Dani, sapa itu Wolter Mongisidi…?”



Dani: “Nentau, Bu Guru…”

Bu Guru: “Kalo Sam Ratulangi, sapa dang…?”

Dani: “Nentau, Bu Guru…”

Bu Guru: “Bagaimana lei ngana ini? Samua ngana nentau. Nda ja blajar ngana kang?”

Dani: “Ja blajar Bu Guru… dia pe masalah kwa bagini, coba Dani tanya pa Bu Guru. Bu Guru tau nda Nini Walintukan…?”

Bu Guru: “Sapa kang dia?…”

Dani: “Kalu Dora Sambow dang Bu Guru tau?”

Bu Guru: “Nentau noh… maar sapa dang dorang itu…?”

Dani: “So itu noh, Bu Guru…, torang kan masing-masing ada kenalan.”2

Marga Bung Karno

Seorang kakek yang baru pertama kali bepergian ke luar daerah tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Dia begitu menggagumi kemegahan bandara, lalu bergumam: Wah, baru tahu saya. Ternyata nama marga Bung Karno itu adalah Hatta bruakakakaka


Tanda tangan

Seorang kepala sekolah ingin mengetahui pengetahuan sejarah nasional murid-murid kelas enam. Di depan kelas, dia bertanya, “Anak-anak, siapa yang menandatangani naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia?”

Tidak ada yang menjawab. Kepala Sekolah itu kecewa karena di antara murid itu tidak ada yang tahu nama Sukarno dan Hatta.

Setelah kepala sekolah keluar kelas, Pak Midun, guru wali kelas 6 khawatir akan kena batunya.  Dengan wajah serius, dia berkata, “Mengenai naskah Proklamasi yang ditanyakan oleh Kepala Sekolah tadi, sebaiknya kalian mengaku saja kalau ada di antara kalian yang menandatanganinya.”

Lomba nyanyi lagu hari kemerdekaan

Dalam kesempatan lomba nyanyi lagu hari kemerdekaan, dengan semangat Cak Sakera mulai bernyanyi:

“Enam belas Agustus tahun empat lima…”

Juri: “Bapak, salah itu… Ulangi!”

Cak Sakera mulai lagi: “Enam belas Agustus tahun empat lima…”

Juri: “Masih salah…Ini kesempatan terakhir!”

Cak Sakera: “Saya ndak salah pak, sampean dengar saya nyanyi dulu.”

Akhirnya juri serius mendengarkan.

“Enam belas Agustus tahun empat lima…besoknya hari kemerdekaan kita…”

Belum lahir

Ibu guru mengajar tentang sejarah kemerdekaan RI.

“Kalian tahu, bagaimana pada saat itu pejuang-pejuang kita berkorban untuk kemerdekaan RI? Mereka berjuang hidup atau mati hingga tetes darah penghabisan! Nah, kamu Riring, coba kamu ceritakan bagaimana peristiwa pembacaan teks Proklamasi itu.”

Riring tersentak, “Aduh! Mana saya tahu Bu, kan waktu itu saya belum lahir….”4

Tidak Hafal Pancasila

Wawang mendapat tugas membacakan Teks Pancasila saat upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Saat map dibuka ternyata bukan Teks Pancasila melainkan Teks Proklamasi. Mencoba mengatasi situasi, Wawang mulai melafalkan butir-butir Pancasila di luar kepala.

Satu, Ketuhanan yang Maha Esa.

Dua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Tiga, Persatuan Indonesia.

Empat,…(lupa)

dan 5 tidak ada perubahaan…

Lambang Burung Garuda

Murid: “Pak, kenapa lambang negara kita burung Garuda?”

Guru: “Karena sesuai dengan hari kemerdekaan kita, 17 Agustus 1945, 17 adalah jumlah bulu di sayap, bulan 8 (Agustus) adalah jumlah bulu di ekor, dan 45 adalah jumlah bulu yang berada di leher.”

Murid: “Lalu mengapa negara kita merdeka tanggal 17 Agustus bukan tanggal 2 Januari misalnya…?”

Guru: “Ehmmm, kalau kita merdeka tanggal 2 Januari maka lambang negara kita bukan lagi burung Garuda melainkan capung, dengan dua sayap dan satu ekor.”

Terlambat pulang

“Kenapa kamu terlambat pulang hari ini, Dino?” tanya sang ayah.


“Soalnya tadi dihukum oleh ibu guru,” jawab Dino.

“Kenapa, kamu mengganggu teman ya?!”

“Tidak, Pak. Ditanyain sama Ibu Guru siapa yang menulis UUD 45…”

“Kamu jawab?”

“Tidak tahu, Pak…”

“Sungguh-sungguh bukan kamu?”

“Sungguh, Pak…”

Anggota DPR dan pilot penyabu

Seorang guru matematika bertanya kepada murid-muridnya, “Seandainya pesawat Boeing 747 Lion Air dipiloti oleh penyabu, dan mengangkut 560 orang anggota DPR RI, meledak di ketinggian 1000 kaki dan jatuh di pegunungan berbatu tajam dengan kemiringan 45 derajat, berapa kemungkinan yang selamat ?”

Murid-murid menjawab serempak dan tegas, “Yang selamat 250 juta rakyat Indonesia, Bu!”

Hari Kemerdekaan

Hari Peringatan Kemerdekaan Indonesia sudah semakin mendekat. Pemimpin paduan suara yang akan menyanyikan lagu Hari Merdeka (17 Agustus Tahun 1945) mulai kesal dengan kesalahan yang dilakukan salah satu anggota paduan suara, Oki.

Pemimpin PS: “Ok, sekali lagi…satu…tiga…”

Oki: “Tujuh belas Agustus tahun empat limya…”

Pemimpin PS: “Stop, stop, stop…Om Oki, coba ingat ya, bukan ‘limya’, tapi ‘li-ma’. Ok!…Ok, sekali lagi…”

Oki: “Tujuh belas Agustus tahun empat li-ma…”

Pemimpin PS: “Mantap, Om. Lanjutkan…”

Oki: “Itulah hari kemerdekaan kitya…”

Bersyukur

Kita harus bersyukur karena kita merdeka tahun 45. Dengan memiliki semangat 45 terkesan “gagah”. Coba kalau tahun ’69. Semangat 69 terkesan “menggagahi”.

Kita bersyukur lagi, kita merdeka tanggal 17 Agustus. Semua serba merah putih. Coba kalau tanggal 14 Februari, pasti serba pink.

Masih terus bersyukur, proklamator Republik Indonesia bernama Ahmad Soekarno. Kalau Ahmad Dhani, pastinya akan menjadi Republik Cinta.

Bersyukur lagi kita merdeka pada tanggal 17/8/45. Burung Garuda Pancasila kitas terlihat gagah. Coba kalau tanggal 1/1/45, bulu sayap dan ekornya cuma sehelai.

Bersyukur lagi warna bendera kita Merah Putih. Coba warna Ungu, lagu kebangsaan pasti akan berubah menjadi Demi Waktu.

KIta bersyukur dipimpin Presiden yg ngomongnya “Saya Prihatin”. Kalo Raja, dia bakal bilang “Jujurlah Padaku” B)

Dan terakhir, saya ingatkan agar selalu bersyukur kita udah merdeka dari tahun 1945. Kalo baru 2010 kemaren, semboyannya pasti 13h1n3K4 tuN994L 1k4 :&

Ketinggalan Pesawat

Saat 17 Agustus-an seorang kakek bercerita tentang pengalamannya waktu ikut perang pada jaman merebut kemerdekaan dulu.

Kakek: “Dulu Kakek ikut perang kemerdekaan.. Waktu kakek dan teman-teman mo nyerang musuh pake pesawat, ternyata di tengah perjalanan pesawat kakek ditembaki musuh sehingga pesawat itu hancur.. Semua yang ada dipesawat itu meninggal termasuk Pilotnya”, cerita kakek dengan bangga.

Cucu: Lhoh kok, kakek sekarang masih hidup..?”, kata Sang Cucu Heran.

Kakek menjawab dengan penuh kebanggaan: “Waktu itu Kakek ketinggalan pesawat..!!!”

Sejarah Ir Soekarno

Di sebuah SMA, sedang berlangsung pelajaran Sejarah. Mereka sedang mempelajari tentang sejarah Kemerdekaan Indonesia.

Bu Nani : Anak-anak,, ada yang tau gak siapa yang membacakan pidato kemerdekaan waktu dulu,,??

Bejo : Saayyaaa buu.. saya tauu

Bu Nani : Iya Bejo, emangnya siapa yang ngebacain waktu itu?

Bejo : Kalo menurut saya sih, setelah saya fikirkan itu ada beberapa tokoh, namun setelah saya pertimbangkan dengan matang-matang, bahwa yang membacakan proklamasi kemerdekaan itu adalah Ir Soekarno, betul??

Bu Nani : zZz,,iyee betul-betul, panjang bener jawabannye kayak menu di restoran.  Sekarang Otong, ceritakan tentang sejarah Ir Soekarno!

Otong : Enggg, enggak ah bu gak mauuuu!!

Bu Nani : Loh, kenapa emangnyaa?

Otong : Soalnya gini bu, kata kakek saya tuhh gak baik tau ngomongin orang yang sudah nggak ada bu!

Pidato Pak Lurah Jagoan

Setahun sekali, di desa itu berlangsung upacara Hari Kemerdekaan, tepat di setiap 17 Agustus. Kali ini, pemimpin upacara adalah Pak Lurah yang baru dilantik. Sebelumnya, ia dikenal sebagai jagoan kampung, yang meskipun matanya melotot, tetapi tak bisa membaca.

Namun sebagai pejabat baru, tentu Pak Lurah kita ini tetap jaim (jaga image). Dengan percaya diri, ia menyampaikan pidato pengantar kemerdekaan untuk mengheningkan cipta (baca doa). Begini pidatonya…

“Para hadirin sekaligus! Mari kita membacakan mantra-mantra… Untuk mengenang para pahlawan yang mampus melawan Belanda… Seperti si pitung, Jaka Sembung, dan si Hantu Dari Goa Buta…

Doa Serangan Umum 11 Maret

Masih tentang pelajar Sekolah Dasar. Suatu malam, seorang anak dengan tekun berdoa. Sebelumnya, di saat ujian kenaikan kelas, ia keliru memberikan jawaban untuk pertanyaan “Di kota manakah Serangan Umum 11 Maret dilancarkan?” Dia menjawab Bandung. Ia baru tahu, jawaban yang benar adalah Yogya, setelah ke luar dari kelas, kawan-kawannya memberi tahu.

Dalam doanya yang khusyu, si murid berkata pelan: Ya Allah Saya memohon agar Serangan Umum 11 Maret dipindahkan ke Bandung.


heheh gimana guys , semoga kita lebih meningkatkan rasa nasionalisme dan mencintai negara indonesia ini guys see you next time guys............................................................................................................................................................................................................bye.................bye/////////////////////

0 Response to "Lawakan Lucu Part V"

Post a Comment